Kamis, 15 Januari 2009

SEJARAH LEBAK: KACA SPION YANG RETAK
Oleh Firman Venayaksa*)

Identitas Buku:
Judul : Sejarah Kabupaten Lebak
Penulis : Nina Lubis, dkk
Tebal buku : xx + 383 hlm
Penerbit : Pemda Lebak
Kesadaran untuk menggali latar belakang wilayah tempat berpijak adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindari. Kehadiran Indonesia sebagai sebuah nation agaknya tak bisa lepas dari jejak masa lampau guna menyatukan persepsi yang berkembang. Begitu juga dengan kehadiran propinsi Banten. Kita menengok dan menggunakan kerangka sejarah untuk merekonstruksi sebuah wilayah kebantenan dan meyakinkan kepada siapa saja --dengan menggali kembali kabel-kabel sejarah yang mulai terputus dan berkarat--bahwa kita memang harus lepas dari propinsi Jawa Barat.

Sejarah dalam konteks di atas lebih mengedepankan pada fungsi politik. Sementara fungsi esensial yang paling dalam dari sejarah adalah menjadikan masa lampau sebagai kaca spion untuk mengintip masa depan sehingga kita menjadi tak lagi gamang dalam menentukan sikap dan mengidentifikasi keberadaan. Fungsi ini diimani juga oleh kabupaten Lebak dengan membuat sebuah buku “Sejarah Kabupaten Lebak” (Nopember, 2006) dengan menyewa pakar sejarah dari Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran yang dimotori oleh Prof. Nina Lubis.

Lebak sebagai sebuah kabupaten yang tengah berkembang mulai memikirkan juga kegunaan buku sebagai artefak yang maha penting, sebagai media untuk berkomunikasi antara masa kini dan masa akan datang. Dengan hadirnya buku-buku yang mengupas tentang Lebak, setidaknya kita bisa menyusuri sungai sejarah kita sendiri sehingga ke depan masyarakat Lebak tidak buram dengan masa lalunya. Buku sebagai basis cakrawala berpikir merupakan jembatan untuk mentrnsformasi kebodohan menuju arah pengetahuan. Pada tahun 2004, Lebak mulai intensif meluncurkan buku, dimulai dengan “Lebak dalam Arus Perubahan: Kado Ulang Tahun ke-176 Kabupaten Lebak”, yang disusul dengan buku “177 Kabupaten Lebak: Negeri yang sedang Bersolek” (2005), dan pada akhir tahun 2006, Lebak kembali meluncurkan sebuah buku yang diberi judul “Minangkala kabupaten Lebak.” Semua buku tersebut digawangi oleh Agus Sutisna, Ketua LPPM Latansa Mashiro. Kendati hanya meluncurkan 1 buku dalam setahun, toh perjuangan menuju dunia literasi sudah dimulai. Tinggal bagaimana caranya supaya peluncuran buku-buku yang ada tak hanya mengacu pada ranah seremonial, tapi lebih menunjukkan kualitas dan kuantitasnya.

Rupanya kabupaten Lebak tak hanya puas dengan buku-buku yang isinya sekadar bunga rampai dan meramu opini publik belaka. Pada waktu yang tak jauh berselang, buku “Sejarah Kabupaten Lebak” diluncurkan. Di dalam prolog buku ini dituliskan secara tegas bahwa masa lalu adalah lautan tak bertepi, sejarahlah yang menjadikannya bertepi, berbatas. Namun perlu juga kiranya kita bertanya ulang mengenai pernyataan ini. Siapakah yang menentukan tepi itu? Apakah rumusannya sehingga tatanan sejarah menjadi jelas batasnya?
Buku ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama dimulai dengan masa prasejarah-masa Hindu Budha. Pada bagian ini, tim peneliti menukilkan hasil temuannya berupa peninggalan-peninggalan dalam bentuk altar, menhir, dolmen maupun situs yang dilengkapi dengan foto-foto. Sayangnya, tim peneliti lebih terkesan menduga-duga daripada memaparkan temuan-temuan. Secara jelas, kita bisa mendapatkan kegamangan dari pernyataan mereka,

Pengungkapan tentang kehidupan masa berburu dan masa meramu makanan di kabupaten Lebak, saat ini belum dapat diungkapkan secara utuh karena temuan budaya yang in situ dan satu konteks dengan manusia pendukungnya belum ditemukan (hal. 9)

Bagian kedua membahas mengenai masa kesultanan dan berdirinya kabupaten Lebak serta perkembangannya. Mengenai masa kesultanan, sebagian tulisan ini diambil dari buku Nina Lubis berjudul “Banten dalam Pergumulan Sejarah; Sultan, Ulama dan Jawara” (2004). Dalam menelusuri jejak masa kesultanan dan berdirinya kabupaten Lebak, selain memakai metode studi pustaka, tim peneliti memasukkan pula cerita-cerita tradisi/ legenda yang pada akhirnya menyurutkan nilai-nilai akademis yang dibangun. Ramuan sejarah “dinodai” dengan bahan-bahan folkor yang sungguh mengganggu. Harusnya tim peneliti bisa menempatkan batasan yang jelas antara kajian sejarah dan folklor. Pada bagian ini dikupas juga tentang “Kasus Lebak” yaitu perseteruan antara Eduard Douwes Dekker alias Multatuli dengan Bupati Lebak, Karta Nata Negara. Di dalam tulisan ini, selain mengungkapkan cerita berdasarkan referensi dari pelbagai sumber, kesalahan fatal yang dibuat tim peneliti adalah membuat semacam penghakiman, “di dalam kasus tersebut Multatuli telah salah menilai dan tidak memahami budaya politik tradisional yang berlaku” (hal. 163). Kemudian tim peneliti menggiring pembaca untuk melakukan interpretasi yang bersifat hermeneutis, “Bila seorang Bupati memiliki otoritas demikian besar pada waktu itu, kita tidak bisa melakukan judgement berdasarkan prinsip jaman sekarang yang menganggap hal itu sewenang-wenang. “ (hal. 169). Jika penelitian sejarah ditarik dalam ranah interpretasi, maka akan terlalu banyak diskusi yang tak kunjung usai. Seharusnya ranah interpretasi mengacu pada temuan fakta-fakta yang ada. Sayangnya fakta yang ditemukan oleh tim peneliti malah mengekalkan kesalahan dari Bupati Karta Nata Negara yang memakai pengerahan pancendiensten secara berlebihan (hal 179) dan dua unsur yang bertolak belakang tersebut telah mengeksiskan tim peneliti bahwa mereka tidak terlalu teliti.

Sementara pada bagian ketiga dikupas perihal dinamika kehidupan masa republik (1945-2005). Pada bagian ini tim peneliti memaparkan tentang serangkaian era kemerdekaan hingga pasca reformasi yang sebagian besar tulisan tersebut sudah kita ketahui.

Sebagai seorang pembaca, saya sangat menghargai kehadiran buku ini untuk dijadikan sebagai referensi. Selain kekurangan yang saya paparkan di atas, tentu lebih banyak kelebihan yang dituliskan dalam buku ini, sehingga masyarakat Lebak memiliki semacam peta untuk menggali diri sendiri. Namun kehadiran buku sejarah harusnya tak terlalu banyak teori beja ataupun ceunah, agar kaca spion yang kita pakai tak terlihat buram karena keretakannya.

Judul: Oh Baby
Genre: Drama musikal remaja
Sutradara: Cassandra Massardi
Produser: Dhamoo Punjabi, Manoj Punjabi
Penulis Skenario: Cassandra Massardi
Pemain: Cinta Laura Kiehl, Randy Pangalila, Ridwan Ghany, Ariel Tatum, Tio Pakusadewo, Andy Riff, Piet Burnama, Unang
Masa Putar: 90 Menit
Tanggal Rilis: Agustus 2008
MPAA Rating: PG-13 (Percintaan, adegan tak cocok untuk anak-anak)
Distributor: Md Pictures

Baby (Cinta Laura Kiehl), adalah gadis yatim piatu yang cantik, energik dan memiliki cita-cita menjadi seorang penari utnuk membiayai Opanya, yang sudah sakit-sakitan. Secara diam-diam Baby yang putus sekolah ini ikut dalam sebuah kompetisi Tari SMA, dengan memakai topeng dan identitas baru, Phantom. Penampilannya yang luar biasa membuat semua penonton dan panitia terkesima. Tapi semua bingung, siapakah Phantom yang misterius ini? Penyelenggara kompetisi, Wizard (Andy Riff) mengajukan syarat ke Baby, ia boleh ke grandfinal, dengan syarat ia harus masuk ke sekolah yang ditunjuk oleh Wizard, yaitu Pekerti Luhur, dengan semua biaya ditanggung. Pekerti luhur adalah sekolah swasta elit dengan puluhan peraturan ketat, yang dipimpin Kepsek muda super disiplin, Pak Yudo (Tio Pakusadewo). Anak laki-lakinya, Benny (Ridwan Ghany), adalah ketua PHP (Pengawas Harmoni Pendidikan), dengan tugas memastikan tidak ada seorang siswa pun yang melanggar peraturan. Zarro (Randy Pangalila), cowok paling keren di sekolah, yang juga peserta grandfinal dance competition, sangat membenci Benny. Kemunculan Baby di sekolah dengan semua kecerobohan dan kekonyolannya membuat Benny geram. Mereka berdua langsung menjadi musuh. Apakah Baby akan tertipu trik Zarro? Bisakah ia mengikuti grandfinal? Lantas, apakah Baby dan Benny akan bisa bersatu? (effendy wongso, cinema21)

nie.....SALAh...satu AnggOTA PKS yg gaya

ketua osis smkn1 rangkasbitung

my FRIeNDs In xap1




















Pada Saatnya


Pada Saatnya,
Ketika musim berganti
Dan gugusan mendung yang ranum
Menitikkan tetes hujan pertama
Biduk yang kukayuh akan merapat ke dermagamu
Menyibak kabut keraguan
Lalu mendamparkan hasrat yang hangat dibakar rindu
Pada Saatnya,
Di ujung perjalanan
Akan kubingkai binar matamu
Bersama gelegak gairah jiwaku
Menjadi lukisan indah di lekuk cakrawala
Dalam leleh cahaya bulan melumuri langit
ditingkah semilir angin laut dan tarian ombak
membelai lembut kristal pasir pantai
Pada Saatnya,
Akan kubuatmu terjaga dari lelap tidur
lalu bersama merajut impian yang tak segera usai,
Dalam genangan cinta dipalung kalbu
Dan getar cumbu tak berkesudahan

Rabu, 14 Januari 2009



PKS IYALAH SUATU WADAH PARTISIPASI SISWA TERUTAMA DI BIDANG LALULINTAS UMUMNYA UNTUK MEMBANTU PARA POLANTAS KHUSUSNYA DI BIDANG PENYERBANGAN JALAN
SEJARAH SINGKAT SMK NEGERI 1 RANGKASBITUNG

Dirintis bulan Maret 1966 dibawah pembinaan PEMDA Lebak, dimana salah seorang perintisnya adalah DRS. H. SUDIYA SAPUTRA yang juga merupakan Kepala Sekolah SMKN 1 Rangkasbitung saat ini. Kampus awalnya berlokasi di SMEP yang sekarang menjadi SLTP Negeri 4 Rangkasbitung.
Tanggal 1 Januari 1968 berdasarkan SK No. 34/PP/IV/1967 secara resmi menjadi SMEA Negeri dan sepenuhnya dibawah pembinaan DEPDIKBUD.
Tahun Pelajaran 1986/1987 kampus SMEA Negeri pindah ke Jln. Komplek Pendidikan dengan luas area ± 20.000 m2, yang merupakan bantuan dari ADB (ASIA DEVELOPMENT BANK).
Salah satu prestasi SMKN 1 Rangkasbitung yang paling monumental adalah sebagai salah satu juara Nasional Wawasan Wiyatamandala pada tahun 1992.

VISI & MISI SMK NEGERI 1 RANGKASBITUNG

VISI


Menghasilkan tamatan yang bermoral, berdisiplin, berkualitas dan produktip serta mampu berkompetensi dan beradaptasi terhadap tuntutan Dunia Usaha / Dunia Industri.

MISI


1. Menghasilkan peserta didik yang bermoral, beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Membekali kemampuan berkompetensi sesuai dengan standard Dunia Usaha /
Dunia Industri.
3. Membekali peserta didik dengan kemampuan yang professional sesuai dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
4. Membekali ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik yang akan
memasuki Perguruan Tinggi.
5. Membekali peserta didik dengan keterampilan berbahasa Inggris dalam berko-
munikasi (baik lisan maupun tulisan).

teragedi

Tragedi Karbala & Konsep Cinta
Oleh: Muchtar Luthfi
Cinta itu anugerah maka berbahagialah
Sebab kita sengsara jika tak punya cinta.
Rintangan pasti akan menghadang…
Cobaan pasti menghujam…
Namun yakinlah bahwa cinta itu yang membuatmu,
Mengeerti akan arti kehidupan.
(cuplikan lirik karya Doel Sumbang)
Berbicara tentang cinta, sejak dahulu para filosofis maupun urafa telah membahasnya sedemikian rupa dimana hal tersebut menunjukkan betapa besar peran cinta dalam kehidupan manusia dan keberadaan sekaligus kelangsungan alam semesta ini.
Dalam sejarah filsafat kita bisa lihat besarnya perhatian yang diberikan Plato terhadap makna cinta, dalam dunia filsafat Islam baik dari aliran Isyraq maupun Massya’ yang masing-masing diwakili oleh Sahrawardi dalam karyanya “Munis Al-Ussyaq” dan Ibnu Sina dalam “Risalah Al-Esyq“. Tak ketinggalan Ikhwan Al-Shofa dalam kitab “Risalah Ikhwan Al-Shofa“. Para Urafa dalam karya-karya mereka menunjukkan bahwa cinta memiliki peran yang sangat penting dalam proses perjalanan mereka menuju kekasih sejati mereka, kita bisa perhatikan dalam kitab-kitab mereka seperti: Risalah al-Qusyairiah atau Kasyful Mahjub. Khajah Abdullah Ansari dalam kitab “Kanz al-Salikin” bab pertama yang ia bahas berjudul Maqalat Al-Aql wa Al-Esyq, Najmuddin Ar-Razi yang lahir setelah Ibn Arabi –kurang lebih 13 tahun sepeninggalnya– telah menulis Risalah Al-Aql wa Al-Esyq. Alhasil, ini semua sebagai bukti bahwa cinta merupakan unsur terpenting dalam wujud alam semesta menurut persepsi para filosofis dan urafa.
Ibn Arabi menganggap bahwa cinta adalah unsur utama eksistensi, anggapan tersebut disandarkan pada riwayat dari hadis Qudsy ketika Nabi Dawud as bertanya kepada Allah swt: “wahai Tuhanku mengapa kau ciptakan alam semesta ini?”, Allah swt berfirman: “Aku ibarat harta yang tersembunyi maka Aku suka (baca: ingin) untuk diketahui, maka Aku ciptakan penciptaan agar diriKu diketahui”. (Hadis ini dikenal dengan hadis Kanzul Makhfi).
Dalam banyak pembahasan tentang fungsi keberadaan Insan Kamil (manusia sempurna) sebagai Khalifah Allah dan penghubung pancaaran anugerah Ilahi pada alam semesta ini. Maka keberadaanya pun pada setiap zaman merupakan suatu keharusan, karena jika tidak (walaupun hanya sesaat saja) niscaya alam semesta ini akan hancur karena salah satu fungsi Insan Kamil adalah sebagai poros perputaran wujud alam semesta ini. Telah ditekankan oleh Imam Ali as dalam khotbah beliau yang terkenal dengan khotbah “Syiqsyiqiah” beliau bersabda: “… Sementara ia (Ibn Abi Qohafah) mengetahui bahwa kedudukanku padanya (alam semesta) seperti kedudukan poros pada putaran penggilingan…”. Tentu kita tahu akibat perputaran sebuah alat penggiling yang tidak berporos, yang jelas tidak akan terwujud proses penggilingan atau bahkan dapat menghancurkan alat penggiling itu sendiri. Oleh karena itu Rasulullah saww bersabda: “… Ahlul Baitku adalah penjaga bagi bumi ini”.
Kekhususan Insan Kamil yang lain adalah sebagai wakil (khalifah) Allah swt di muka bumi, tentunya harus ada kesesuaian (sinkronitas) antara wakil dan yang diwakili, oleh karenanya bisa disimpulkan bahwa ia adalah makhluk yang paling sempurna dalam penjelmaan sifat Jalal dan Jamal Ilahi, hal ini pulalah yang menyebabkannya menjadi penghubung antara makhluk dan penciptanya, atas dasar inilah dalam doa “Jamiah Kabirah” disebutkan: “…Barang siapa yang menginginkan Allah swt maka harus memulainya darimu…”. Kata ‘menginginkan Allah’ bisa diterapkan dalam banyak hal termasuk kecintaan terhadap Allah, oleh karenanya mustahil orang akan bisa mendapat dan mencapai cinta Ilahi tanpa melalui kecintaan terhadap Insan Kamil.
Sebagaimana untuk sampai pada kecintaan Ilahi; harus melalui jalan petunjuk yang telah ditentukan oleh Allah swt berupa al-Quran yang disifati sebagai:
“… Petunjuk bagi manusia dan penjelas…” (Q.S:1:185)
Maka berdasarkan hadis Tsaqalain yang telah kita ketahui bersama dimana disebutkan tidak mungkinnya pemisahan antara al-Quran shomit dan al-Quran natiq (Al-Fitrah, Ahlul Bait) maka tanpa berpegang pada tali Allah tersebut, mustahil kita akan mendapat cinta ilahi.
Imam Husein as adalah satu dari Ahlul Bait Rasul saaw. Jika kita ambil kesimpulan dari apa yang telah disebutkan diatas maka betapa tinggi derajat yang beliau miliki. Beliau adalah Insan Kamil, Khalifah Allah, poros wujud, al-Quran natiq, penghubung pancaran anugerah Ilahi dan lain sebagainya termasuk pintu cinta ilahi, untuk itu kehilangan Imam Husain as bagi pengharap cinta ilahi merupakan pukulan telak yang layak untuk ditangisi dan diratapi.
Kembali ke masalah cinta, Ibn Arabi membagi cinta menjadi tiga bagian. Pertama, Cinta alamiah, cinta ini muncul dari rasa cinta jasmani saja, ini biasa terjadi pada diri orang awam yang landasan cintanya hanya perasaan lahir saja. Kedua, Cinta ruhaniah, cinta ini bermula dari kecintaan seseorang pada suatu benda yang tujuannya adalah untuk sampai pada dzat yang dicintainya dan yang berakhir pada penyatuan diri antara pecinta dengan yang dicinta. Cinta dalam jenis ini memiliki dua unsur utama sebagai sebab kemunculannya, dua hal tersebut adalah jasad dan ruh.
Ketiga, Cinta Ilahiah, Cinta dalam bentuk ini hanya berhubungan dengan ruh saja tanpa ada sentuhan materi– karena segala hal yang inderawi terangkat pada posisi non

Senin, 12 Januari 2009

Seruan Dakwah

Assalamu'alaikum Ya Akhi Ya Ukhti.....
Melihat kondisi pelajar Islam sekarang sungguh sangat memprihatinkan !
Antum2 bisa lihat bagaimana moralitas pelajar islam tidak sesuai dengan syariat Islam.
Itu semua disebabkan karena kita banyak dicekoki oleh budaya orang2 barat yang berideologis sekularisme dan kapitalisme.Pelajar sekarang lebih banyak mempunyai tujuan sekolah untuk mencari duit setelah lulus nanti, bukan mencari ilmu dan diamalkan.Pola pikir seperti itulah yang membuat kehancuran umat Islam sekarang.Why ? Karena kalau pemuda Islam sudah teracuni oleh budaya barat yang kontradiktif dan tidak berkeadaban.Akibatnya maka Mahzab Islam yang begitu indah tidak akan tegak dibumi ini.
Wahai pelajar ! Kita adalah orang yang terpelajar, maka sudah sepatutnya nilai-nilai agama dijunjung tinggi dan dijadikan pedoman didalam kehidupan kita. Kita adalah calon pemimpin masa depan, mari kita berjuang dijalan Allah.Allahuakbar !!!
Student Now Leader Tomorrow ( pelajar adalah pemimpin masa depan )
Kalau antum ingin menghubungi ane,bisa melalui E-Mail www.imam.mudzahid@gmail.com
Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Diposkan oleh imam.mudzahid

Kategori : ikramers

Personil Tim Nasyid SENDJA

Assalammualaikum Wr. Wb. Akhi or ukhti,af1 ane minta doanya dari antum semua dan segenap keluarga besar IKRAMA Al-Ikhlas SMKN 1 Rangkasbitung. Doakan ane dan teman-teman bisa tetap eksis berdakwah lewat nasyid,agar kita bisa semakin mengembangkan potensi yang tidak hanya berkisar di Banten saja,melainkan bisa keluar Banten juga. Insya Allah tahun depan kita sedang merencanakan menggarap lagu-lagu ciptaan kita sendiri,doakan juga agar bisa selesai tanpa adanya hambatan. Bagi rekan-rekan yang punya FS,bisa diADD alamat friendster ane di rendy_sendja@yahoo.co.id. Antum bisa minta pendapat atau hanya sekedar bertanya perihal apapun di FS ane,Insya Allah kalo bisa ane jawaba pasti ane jawab. Jazakallah..... ^_^

Diposkan oleh ikrama smk1rks

Posting Lama

pesan untuk anggota ikrama

class="MsoNormal">Harus waspada penyesatan……ahlak….dan…AGAMA yang sedang gencar-gencarnya terjadi

Sebuah buku tentang ibadah haji yang menyesatkan beredar di Kabupaten Lebak, Banten. Belum diketahui siapa yang mengedarkan buku tersebut. Informasi yang dihimpun detikcom menyebutkan, buku tersebut bersampul warna hijau tanpa gambar. Pada sampul buku tertulis ibadah haji oleh H Amos.


Kepala Kantor Departemen Agama (Kakandepag) Kabupaten Lebak, Amat Saefudin, membenarkan peredaran buku tersebut. Menurut Saefudin, buku itu berisi berbagai hal yang menyesatkan umat Islam. Hal-hal yang menyesatkan antara lain, di buku itu tertulis bahwa ibadah haji adalah penyembahan terhadap berhala. Kedudukan hadis juga disebutkan lebih tinggi dari Al Quran.

"Kita masih mencari tahu siapa pelaku penyebaran buku ini," ujar Saefudin saat ditemui wartawan di kantornya, Jl Siliwangi, Lebak, Banten, Kamis (13/11/2008). ( "Pendeta Menghujat Mualaf Meralat )

Saefudin menambahkan, pihaknya sudah melakukan berbagai langkah terkait peredaran buku tersebut. Salah satunya mengumpulkan penyuluh agama di seluruh desa di Kabupaten Lebak.

Buku tersebut diduga diedarkan oleh seorang pria yang menggunakan sepeda motor.

"Pelakunya menggunakan sepeda motor. Dia memberikan buku itu kepada anak-anak kecil di dekat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sobang," kata Ahmad Saefudin.

Ahmad mengatakan, kasus ini sudah dilaporkan ke Polres Lebak. Dia berharap, polisi bisa segera mengungkap kasus ini sehingga tidak meresahkan masyarakat.


"Kita juga sudah melaporkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Lebak dan MUI Lebak," ujar Saefudin.
Buku Haji Sesat Beredar di Lebak
Fotografer - Pool
Buku ibadah haji yang menyesatkan beredar di Kabupaten Lebak, Banten,
Kamis (13/11). Buku bersampul hijau dengan gambar makkah tersebut
ditulis oleh Drs. H. Amos

Siapa H. Amos ? ( H singkatan dari Hingar )

"Pendeta Menghujat Malaf Meralat karangan Mualaf / Kristolog H. Insan L.S. Mokoginta

buku Upacara Ibadah Haji Karangan Himar Amos sudah lama beredar di masyarakat
Adalah Drs. H. Amos yang nama aslinya Drs. Agam Poernama Winangun. Setelah pindah iman (murtad) dari Islam ke Kristen pada usia 58 tahun, dia berubah menjadi seorang Kristen Fanatik. Dengan sangat agresif dia berusaha agar kaum muslimin lainnya mau mengikuti jejaknya untuk pindah agama.

Ditulisnya buku ?Upacara Ibadah Haji? yang sangat mengelabuhi umat Islam. Dengan wajah Islam dan kutipan-kutipan Al-Qur?an dan Hadits Nabi, terkesan seolah-olah buku tersebut ditulis oleh umat Islam untuk kalangan Islam. Padahal isinya murni melecehkan dan menyerang sekaligus menantang agama Islam dan umat Islam.

Dikatakannya dalam kata pengantar halaman i bahwa buku ?Upacara Ibadah Haji? tersebut disusun sebagai tambahan informasi bagi masyarakat yang akan menunaikan ibadah haji atau yang sudah menunaikan ibadah haji tetapi belum mengetahui tentang makna upacara ibadah haji.

Sementara itu dalam seluruh uraiannya dari Bab I sampai Bab V, semuanya murni melecehkan Islam dan umat Islam. Akhirnya, di bagian penutup (hal. 84), H. Amos berharap agar tambahan informasi bermuatan pelecehan itu dapat diterima dengan baik oleh para pembaca.

Sehingga, H.Amos yang mengaku-aku pernah menunaikan Ibadah Haji tahun 1983, menghimbau agar umat Islam menyadari dan tidak menutup-nutupi kekeliruan dalam hal menyembah Allah serta bertanggungjawab memperbaiki kekeliruan itu. Alasannya, karena pada dasarnya umat Islam itu menyembah setan, sesuai dengan Al-Qur'an surat Yasin 60 (sumber : Dakta)

Kamis, 13/11/2008 16:46 WIB -


Lebak - Kepolisian Resort (Polres) Lebak, Banten, terus menyelidiki peredaran buku panduan haji karangan Haji Amos yang dinilai Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyesatkan masyarakat Islam. Bahkan polisi sudah memintai keterangan sejumlah saksi terkait beredarnya buku tersebut.

Kapolres Lebak AKBP Indra Gautama saat dihubungi detikcom mengatakan sudah menerjunkan anggotanya, terutama di Kecamatan Muncang dan Sobang, tempat pertama kali buku tersebut ditemukan. Dan dari penemuan buku tersebut, pihaknya langsung memintai keterangan kepada sejumlah pejabat KUA Sobang dan orang-orang terkait.

"Jadi sejumlah saksi sudah kita mintai keterangan, dan kita terus memburu terutama orang yang langsung mengedarkan buku itu," ujar Indra di ujung telepon selulernya.

Lebih jauh Kapolres mengimbau kepada warga untuk tetap tenang dan jangan terpancing dengan beredarnya buku tersebut. Dan jika menemukan buku panduan haji karangan Haji Amos tersebut segera melaporkannya ke polsek terdekat.

"Pokoknya kita tetap akan memburu pengedar buku haji yang dinilai sesat itu. Dalam hal ini selain bekerja sama dengan masyarakat, kita selalu berkoordinasi dengan Bakor Pakem dan MUI serta Depag, agar persoalan ini tuntas," tegas Indra Gautama.

Buku tentang ibadah haji yang menyesatkan beredar di Kabupaten Lebak, Banten. Belum diketahui siapa yang mengedarkan buku tersebut.

Informasi yang dihimpun detikcom menyebutkan, buku tersebut bersampul warna hijau tanpa gambar. Pada sampul buku tertulis 'Upacara Ibadah Haji oleh Drs H Amos, Untuk Kalangan Sendiri'.

Kamis, 13/11/2008 11:23 WIB
Niken Widya Yunita - detikNews


Jakarta - Sebuah buku tentang ibadah haji yang menyesatkan beredar di Kabupaten Lebak, Banten. Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan melaporkan hal tersebut ke polisi dan jaksa.

"Kita akan rapat dulu setelah itu baru lapor polisi dan kejaksaan. Hal ini agar distop dan ditahan yang menyebar konsep-konsep seperti itu, " ujar Ketua Umum MUI
Umar Shihab kepada detikcom, Kamis (13/11/2008).

Menurut Umar, penyebaran buku tentang Islam yang menyesatkan kerap dilakukan orang yang tidak bertanggung jawab. Kejadian ini telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir.

Tujuan penyebaran buku-buku yang menyesatkan itu, lanjut Umar yakni ingin memecah belah umat Muslim dan bangsa.

Untuk itu agar tidak terulang lagi, umat Muslim harus waspada. "Selain itu kita lakukan dakwah yang benar," tandas Umar.

Informasi yang dihimpun detikcom menyebutkan, buku ibadah haji yang menyesatkan tersebut bersampul warna hijau tanpa gambar. Pada sampul buku tertulis ibadah haji oleh H Amos.

Hal-hal yang menyesatkan antara lain, di buku itu tertulis bahwa ibadah haji adalah penyembahan terhadap berhala. Kedudukan hadis juga disebutkan lebih tinggi dari Alquran.

cewek unik

welcome

ciluk bua met datang di dunia relQe
dunia yang penuh kata2x yang tak ber makna

cooocwet

cooocwet